Seorang gadis sebaya denganku tiba-tiba duduk di sampingku dalam sebuah bus jurusan Bandung-Merak yang sebenarnya masih bisa para penumpang duduk sendiri-sendiri.
Betapa mirisnya hidup gadis itu yang diusianya saat ini tidak bisa menikmati indahnya kasih sayang kedua orangtua yang lengkap. Sebuah perceraian. Sesuatu yang telah merenggut kebahagiaannya dan adiknya saat ia duduk di bangku kelas 4 SD. Dan ironisnya, anak seperti sebuah harta gonogini bagi orangtuanya yang dibagikan samarata. Adiknya bersama bundanya dan dirinya tinggal dengan ayahnya. Sepasang kakak-adik harus tinggal terpisahkan laut dan pulau. Kebahagiaan gadis yang saat itu berubah menjadi kelam tanpa cahaya kasih bunda dalam memenjalani masa kanak-kanak hingga masa remaja. Walaupun bergelimpangan harta tapi bahagia tak tercipta dari butiran-butiran mutiara mahal maupun kemilaunya emas yang tersinari lampu sorot. Apalagi ayahnya yang berwatak keras tidak bisa menghadirkan kenyamanan dan kelembutan di dalam hati si gadis.
Syukur aku panjatkan kepada Allah SWT atas semua kasih sayaang yang telah diberikan melalui kedua orang tua yang lengkap dan saling menyayangi. Walau keadaan ekonomi keluarga yang saat ini sedang diuji berada pada posisi bawah. Sebagaimana roda kehidupan yang selalu berputar. Tapi melalui gadis itu, aku tersadar bahwa harus selalu bersyukur atas apa yang telah dimiliki.
Alhamdulillah Kau telah memberi aku pelajaran hidup yang sangat berharga ya Allah ya Robb.
Tuntunlah aku selalu di Jalan-Mu