Tuesday, October 7, 2014

LEMMA oh LEMMA



Kokokan ayam menjadi tanda awal dimulainya sebuah perjalanan hari itu. Matahari masih tersipu malu dan enggan untuk menapaki cahayanya di muka bumi. Belum, belum saatnya meureun. Suasana dingin pun memanjakan selimutku untuk selalu menempel di tubuhku. Saat mata terbangun oleh bisingnya suara alarm yang tersetel otomatis dan berkali-kali sempat aku “snooze”, aku berusaha mengumpulkan nyawa yang tercecer untuk beranjak bangun dari kasur menuju tempat para ide bersembunyi, Kamar mandi. Tak sempat berpikir panjang guyuran air pertama mendarat di badan dan ‘brrrrr’ asa semua otot termasuk otot mata teh langsung melek merem.
Waktu pun tak bisa diajak kompromi disuruh diem bentaran aja masa gak bisa. Panik melanda hati, jiwa, pikiran, anggota badan dari mulai ujung kaki sampai ujung bulu hidung. Berasa barang pada terbang, lempar sana lempar sini nyari barang bawaan untuk LEMMA-pm, acara latihan kepemimpinan jurdikmat alias ospek jurusan. Nametag, buku taaruf, makanan, alas duduk, air, dan kawan-kawan telah masuk ke dalam ransel dan ‘wuuuuzzzz’ dengan kecepatan cahaya aku meluncur ke TKP LEMMA-pm, kecepatan cahaya LCD HP Samsung yang aku kantongin dengan laju kira-kira 10km/jam. Akhirnya, sampai juga aku di TKP, yaa meskipun mepet waktu batas akhir kedatangan tapi aku bangga karna masih ada yang lebih mepet dariku, memang inilah prestasi awal aku di hari itu.
Masih juga pagi, matahari juga masih di peraduan, mungkin dia malu keluar karena duluan aku yang dateng LEMMA-pm. Para akang-teteh pita item udah nyambut aja di depan. “Keluarkan barang-barang kalian dan taruh di alas duduk!” ceunah. “Nametag kumpulkan ke ketua dan ketua ukur nametag anggotanya.” Danlap angkat bicara. Saat diukur mungkin hampir semua ukurannya tidak tepat 8 cm. Tiba-tiba ada bisikan-bisikan tapi bisikan dengan suara menggelegar dari teteh pita item di belakang barisan. “Gunting! Gunting aja danlap. Kan gitu perjanjiannya.” Teteh pita item nyeletuk tapi eleuuh sakitnya tuh didieu. Sontak teman-temanku angkat bicara membela angkatan. Terharu aku jadinya. Mereka semangat membela angkatan meski tatapan-tatapan sinis tanda kemarahan mulai bergejolak di muka sang akang-teteh pita item. Da aku mah apa atuh sekalinya ngomong juga “Kang, Interupsi tidak terdengar.”
Air mata ini pun jatuh tak tertahan sebagai ekspresi atas kesiasiaan waktu, tenaga, dan materi yang diperuntukkan untuk sebuah acara yang tidak melihat arti sebuah proses kekompakan dan hanya menerima hasil tanpa tau betapa susah payah kami berusaha memberikan yang terbaik untuk acara ini. Mungkin inilah cara mereka menguji kesetiaan dan kekompakan kami. Entah bagaimana kami harus meyakinkan diri kami kembali untuk bisa bertahan dan saling menopang. Tapi kami tetap yakin sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan.

Tak berhenti hari itu dengan ketegangan semata. Masih ada canda tawa yang disiapkan untuk kami. Permainan dari pos ke pos dengan tujuan memberikan kami esensi dari tiap permainan yang kami kerjakan bersama. Ternyata besar sekali makna yang tersirat dari acara yang menurut aku sangat menyiksa hati, pikiran, terutama kantong karena setiap acara aku harus bikin nametag baru, hingga teman sekamarku berkata, “Mba, bosen gue liat lu setiap malem minggu bikin nametag, ayolah sekali-kali maming bareng gue kek.” Fiiuhhh di sinilah makna “hidup ini pilihan” berlaku. Harus memilih apakah bersenang dulu atau bersakit-sakit dulu. It’s depend on your self, and this is me and all about me.

No comments:

Post a Comment